Diskusi : Selembut Kasihmu - Inspirasi.co
Mohon du'a dan dukungannya yaaa... Semoga menginspirasi... ^_^
Cari Blog Ini
Minggu, 24 November 2013
Diskusi : Selembut Kasihmu - Inspirasi.co
Diskusi : Selembut Kasihmu - Inspirasi.co
Mohon du'a dan dukungannya yaaa... Semoga menginspirasi... ^_^
Mohon du'a dan dukungannya yaaa... Semoga menginspirasi... ^_^
Jumat, 15 November 2013
Angka Kematian Bayi (AKB)
Masa bayi merupakan masa keemasan seorang anak manuasia,
calon generasi dari sebuah negara. Bayi merupakan investasi masa depan bangsa.
Kelak ia akan menjadi penerus perjuangan bangsa dalam mewujudkan kemajuan dan
cita-cita bangsa. Maka dari itu, masa bayi yang merupakan masa awal kehidupan
seorang calon penerus bangsa, haruslah mendapatkan perhatian yang serius.
Kurangnya perhatian terhadap masa-masa keemasan anak,
terutama pada awal-awal masa kehidupannya yakni masa bayi, kerap kali
menimbulkan masalah. Pengasuhan dan perlakuan yang kurang baik sebagai wujud
kurangnya perhatian terhadap pentingnya kesehatan bayi dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi bahkan yang
sangat fatal ialah kematian bayi. Hal ini kerap kali tercermin salah satunya
melalui pelayanan kesehatan yang kurang maksimal pada ibu dan bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di
Indonesia ialah 35 per 1.000 kelahiran hidup. Kemudian pada SDKI tahun 2007 AKB
di Indonesia menjadi 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Walaupun ini masih
dalam kriteria rendah, namun AKB di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan anak.
Data AKB menurut World Health Organization (WHO)
ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990
silam, AKB secara global sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian
Bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49
per 1000 kelahiran hidup (Wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang.
Kedua data AKB tersebut dapat kita bandingkan dengan
targetan MDGs untuk AKB, yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Indonesia masih harus bekerja keras untuk mewujudkan targetan MDGs tersebut
dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang tersisa. Begitu juga dengan dunia,
yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama dalam hal kebijakan dan
pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus berjuang
bersama guna mewujudkan target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Melihat fenomena ini, sebenarnya sulit rasanya untuk
menyatakan bahwa pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi di Indonesia sudah
baik. Masih banyak yang harus dibenahi, terutama dalam sistem baik perencanaan,
implementasi, maupun evaluasi. Disamping itu, praktik monitoring terhadap
pelaksanaannya di lapangan juga sudah seharusnya mendapat perhatian. Hal itu
guna menyelaraskan konsep kebijakan di bagian top dan bottom agar
dapat berjalan seirama sesuai rencana bersama.
Angka Kematian Bayi menjadi sesuatu yang penting untuk
dicegah karena masih merupakan masalah di bidang kesehatan. Seperti yang telah
saya sampaikan pada bagian awal tulisan ini, bayi merupakan tahap awal
perjalanan hidup seorang manusia penerus perjuangan bangsa. Bayi merupakan
investasi sumber daya manusia (SDM) untuk masa yang akan datang. Kualitas
kehidupan bayi secara tidak langsung akan menjadi estimasi kualitas kehidupan
bangsa di masa yang akan datang. Selain itu, AKB turut menjadi salah satu
indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan dan derajat kesehatan suatu
bangsa.
Setiap keluarga mendamba kehadiran dan kelahiran bayi
yang akan meneruskan silsilah keluarga. Oleh karena itu, masalah AKB ini sudah
barang tentu bukan hanya menjadi permasalahn bangsa, negara, ataupun dunia
saja, melainkan juga menjadi permasalahan keluarga. Maka dari itu, upaya
penurunan AKB ini juga merupakan tanggung jawab keluarga sebagai lingkup
organisasi yang pertama. Membangun kesadaran keluarga dalam memelihara dan
memperhatikan kesehatan bayi sejak sedini mungkin merupakan upaya pertama yang
kemudian akan memudahkan pengorganisasian program-program ataupun kebijakan
pemerintah dalam menurunkan AKB, khususnya dalam rangka pencapaian target MDGs
pada 2015.
Oleh karena masih tingginya AKB di Indonesia dan di dunia
merupakan masalah dan tanggung jawab kita bersama, maka sudah seharusnya kita
berupaya bersama dalam menyelesaikan masalah ini. Mari memulai langkah pertama
dari lingkup yang paling kecil. Tanamkan pemahaman dan kesadaran dalam diri
pribadi bahwa permasalahan ini layak untuk mendapat tempat dalam porsi pikir
kita semua, lanjutkan untuk bertindak di tingkat keluarga. Jika setiap keluarga
menyadari hal ini dan turut andil dan ambil bagian dalam upaya penurunan AKB
dengan penuh komitmen, pencapaian target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23
per 1.000 kelahiran hidup bukanlah merupakan suatu kemustahilan.
Mari kita optimis!
-CSG, 2013-
-CSG, 2013-
Langganan:
Postingan (Atom)